Subcribes

Minggu, 31 Januari 2010

Hujan Meteor

"Horeeee!!! Akhirnya kita berhasil," Komandan Bravo 8, Dirk Hendrik, setengah berteriak menyatakan kelegaannya.
"Ya, kita memang akhirnya berhasil lolos dari serbuan hujan meteor Xaxava," Berty Sinaran yang bertugas di bagian komunikasi Bravo 8 menimpali.

Bravo 8, pesawat angkasa luar terbaru Kebangsaan Indoplanet, baru saja berhasil menghindari serbuan hujan ratusan dan bahkan mungkin ribuan meteorit yang merupakan pecahan meteor Xaxava, dalam perjalanan pulang dari misi penelitian ke Planet Exograz. Bravo 8 baru saja melewati lingkar luar Planet Exograz dan memasuki jagad raya 1312, ketika tiba-tiba ratusan meteorit berterbangan ke arah Bravo 8.
Berty Sinaran yang pertama kali mendeteksi kedatangan hujan meteor itu, segera memberitahu Komandan Dirk Hendrik. Sinaran dan petugas data Bravo 8, Dlothreb Naluanis, benar-benar kebingungan. Bagaimana mungkin ratusan meteorit yang berada di garis perjalanan Bravo 8, baru terdeteksi menjelang Bravo memasuki jagad raya 1312?
Naluanis segera mengecek peralatan Radtop Bravo 8, radar top hasil karya para ilmuwan dan teknolog Planet Exograz. Seharusnya Radtop bisa mendeteksi keberadaan hujan meteor itu, kalau memang mereka ada di garis perjalanan Bravo 8, sebelum pesawat angkasa luar mengikuti alur garis perjalanan pulang dari Planet Exograz.
"Aneh, ini memang benar-benar aneh," Naluanis masih tetap kebingungan seusai Bravo 8 berhasil lolos dari serbuan ratusan meteorit Xaxava.
Keheranan itulah yang membuat Naluanis segera menemui Profesor Markie Dandra, salah satu gurubesar Universitas Nasional Kebangsaan Indoplanet, sesaat setelah Bravo 8 mendarat mulus di Landasan Interkoneksi di negaranya. Profesor Dandra juga merupakan pembimbing Naluanis, ketika dia menyelesaikan program data Bravo 8, sebelum pesawat luar angkasa itu diluncurkan pada tanggal 8 bulan 8 tahun 88 AGC (After Great Change).
Penamaan tahun AGC itu diusulkan pertama kali oleh Profesor Dandra kepada sidang Dewan Utama Kebangsaan Indoplanet, setahun setelah terjadinya perubahan besar-besaran di tata surya. Pada tahun 2121 yang dikenal dalam tahun manusia sebelumnya, terjadilah perubahan besar-besaran atau great change itu. Sejak lebih dari 60 tahun sebelumnya atau pada sekitar tahun 2060, manusia menemukan Planet Bumian yang terletak hanya sepuluh tahun cahaya dari Planet Bumi.
Sejak saat itu, manusia melakukan eksplorasi terhadap Planet Bumian yang kondisinya mirip sekali dengan Planet Bumi dan bisa ditinggali manusia tanpa memerlukan bantuan peralatan oksigen khusus. Bahkan dibandingkan dengan Planet Bumi yang semakin kering dan panas, cuaca di Planet Bumian terbilang sejuk dan memiliki air berlimpah serta sinar matahari yang cukup hangat, namun tak terik menyakitkan.
Eksplorasi yang dilakukan manusia akhirnya berhasil menjadikan Planet Bumian sebagai tempat tinggal bagi manusia. Maka, ketika Planet Bumi semakin panas, terjadilah pemberontakan para pencinta lingkungan yang berhasil menguasai pesawat-pesawat luar angkasa.
Para pencinta lingkungan memutuskan perubahan besar-besaran dengan pindah ke Planet Bumian. Namun yang boleh pindah dan ikut mereka, hanyalah mereka yang memang mencintai lingkungan. Para perusak lingkungan, para koruptor yang mengakibatkan Planet Bumi semakin rusak, dan tokoh-tokoh perusak lainnya, tidak diajak. Mereka dibiarkan tinggal di Planet Bumi yang semakin panas. Hal itu terjadi pada tahun 2121, dan itulah dianggap sebagai awal tahun yang disebut AGC.
Sedangkan negara yang bernama Kebangsaan Indoplanet itu diawali sepuluh tahun setelah para pencinta lingkungan itu pindah ke Planet Bumian. Sepuluh tahun pertama di Planet Bumian, mereka masih sibuk menata ulang planet tersebut agar semakin layak dihuni manusia.
Jadi bila dihitung-hitung sejak saat itu, maka sekarang adalah tahun 100 AGC dan 90 tahun berdirinya Kebangsaan Indoplanet. Dalam rangka untuk memperingati tahun 100 AGC dan 90 tahun Kebangsaan Indoplanet, maka dua tahun sebelumnya pada tanggal 8 bulan 8 tahun 88 AGC, diluncurkanlah pesawat Bravo 8.
Tujuannya untuk melakukan misi penelitian ke Planet Exograz. Planet itu ditemukan sekitar 10 tahun lalu, dan setelah diteliti ternyata dapat dijadikan tempat tinggal yang baru bagi mahluk hidup. Dewan Utama Kebangsaan Indoplanet yang dipimpin oleh Ketua Rary Philastamp memutuskan untuk menjadikan Planet Exograz sebagai tempat untuk pembudidayaan tumbuhan dan peternakan hewan, sekaligus tempat pelestarian flora dan fauna. Tujuannya agar seluruh rakyat Kebangsaan Indoplanet dapat mempunyai bahan makanan yang cukup dan sekaligus dapat tetap melihat, mengamati, dan mempelajari semua flora dan fauna yang pernah ada.
Misi penelitian yang dipimpin Komandan Dirk Hendrik bertujuan untuk mendata ulang segala hal yang berhubungan dengan tujuan penggunaan Planet Exograz itu. Hal itu telah berhasil dikerjakan dengan sukses oleh semua awak Bravo 8. Sayangnya, seperti telah diceritakan, Bravo 8 hampir saja tamat riwayatnya karena hujan meteor Xaxava, ketika pesawat tersebut dalam perjalanan kembali dari Planet Exograz ke Landasan Interkoneksi Kebangsaan Indoplanet.
Untung saja, keahlian Komandan Bravo 8 itu, berhasil membuat pesawat tersebut mendarat mulus di Landasan Interkoneksi Kebangsaan Indoplanet. Persoalannya, kegagalan pesawat itu mendeteksi keberadaan hujan meteor di garis perjalanan Bravo 8, tentu saja tidak boleh terulang lagi. Kenapa hal itu bisa terjadi? Apakah ada kerusakan pada peralatan di pesawat Bravo 8 atau pun di gedung pengawas pesawat luar angkasa Kebangsaan Indoplanet yang seharusnya bisa membantu mengirim informasi kepada para awak pesawat Bravo 8? Kalau benar rusak, apakah memang rusak karena ketidaksengajaan atau justru karena sabotase?
 Catatan: Ini adalah cerita fiksi dan bila ada kebetulan serta kesamaan pada nama-nama dan jalan cerita, itu hanyalah kebetulan saja.
Baca Artikel Lainya Di bawah ini :


Widget by dunia malam
Bookmark and Share

Comments :

0 komentar to “Hujan Meteor”

Posting Komentar

Followers

 

Copyright © 2009 by DUNIA MALAM NEWS

Template by News | dunia malam