Subcribes

Kamis, 18 Maret 2010

Candoleng-doleng, Hiburan Seronok Perusak Moral

Siang itu sebuah pesta pernikahan salah seorang warga sedang digelar. Sebagaimana biasanya di Kabupaten Sidrap penyelenggara pesta pernikahan kerap menyuguhkan hiburan Organ Tunggal untuk menghibur para tamu dan undangan.
Awalnya semua terlihat biasa, para biduan dan biduanita melantunkan lagu-lagu pop, lagu daerah bugis dan juga lagu-lagu dangdut. Selang beberapa jam kemudian ketika menjelang sore hari disaat undangan sudah mulai sepi suasana mulai berubah. Para pemuda mulai mengambil tempat di depan panggung, tidak ketinggalan bapak-bapak bahkan orang-orang tua dan anak-anak berebutan kursi agar bisa mendapat tempat yang pas di depan panggung. Suara musik organ tunggal (lebih dikenal dengan Electone) yang tadinya melantunkan lagu-lagu daerah, dangdut, ataupun lagu pop mulai merubah jalur musiknya ke irama yang lebih menghentak.

Para pemuda, orang tua, anak-anak dan beberapa ibu-ibu yang mendapat posisi strategis di depan panggung semakin bersemangat dengan mata yang tak berkedip seperti tidak mau kehilangan momen istimewa dari pemandangan yang sudah biasa mereka saksikan sebelum-sebelumnya.

Diiringi hentakan musik 'house dangdut', tiga orang penyanyi wanita meliuk-liuk di atas anggung. Namun ada yang aneh, jarang sekali dari mulut mereka terdengar nyanyian. Di tengah pementasan, mereka justru lebih sering mengumbar desahan-desahan, seolah seperti sedang berhubungan intim.

Satu persatu biduan maju ke atas panggung dan mulai bergoyang. Semakin lama goyangan mereka semakin "brutal,". Mereka berjoget-joget sambil membuka pakaian yang sebenarnya sudah terbilang mengundang syahwat itu. Menit-menit berikutnya adegan demi adegan panas mereka suguhkan. Beberapa saat kemudian beberapa biduan bahkan mengeluarkan semua pakaian yang mereka kenakan tanpa malu-malu. Para bocah-bocah usia belasanpun ikut melotot.

Pemandangan itu beberapa tahun terakhir sering di jumpai di acara-acara pesta pernikahan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat menyebut hiburan itu candoleng-doleng. Walaupun sudah sering ditindak oleh aparat yang berwenang, namun budaya perusak moral itu semakin lama semakin marak saja seakan tak ada jera-jeranya.

Awal mula penyebutan candoleng-doleng berasal dari plesetan syair lagu penyanyi dangdut terkenal Itje Trisnawati, yang juga mantan istri aktor Eddy Soed. Dalam bahasa Indonesia, candoleng-doleng berarti 'berjuntai-juntai', yang dikonotasikan posisi alat kelamin pria atau payudara.

Goyang candoleng-doleng mulai dikenal di Sidrap pada tahun 2003 lalu. Dalam sekejap, goyang erotis itu menjadi sangat populer karena ditampilkan secara murah meriah pada pesta pernikahan, atau dalam acara pesta kelompok pemuda tertentu.

Show murah meriah itu ditampilkan secara khusus oleh penyanyi grup elekton (sejenis organ tunggal). Aksi itu, biasanya diiringi dengan musik 'house dangdut' yang berdurasi sekitar tiga puluh menit. Saat beraksi, penyanyi biasanya tidak tampil sendiri. Mereka biasanya tampil berdua atau bertiga.

Dalam goyangannya, artis elekton juga selalu tampil 'seksi' dengan menggunakan baju ketat dan sangat minim. Entah siapa awalnya yang mempopulerkan candoleng-doleng. Namun yang jelas wabah hiburan erotis itu, kini kerap dijumpai. Hiburan seronok yang biasanya di lakukan malam hari ini, pun kini bisa dijumpai pada siang hari.
Baca Artikel Lainya Di bawah ini :


Widget by dunia malam
Bookmark and Share

Comments :

0 komentar to “Candoleng-doleng, Hiburan Seronok Perusak Moral”

Posting Komentar

Followers

 

Copyright © 2009 by DUNIA MALAM NEWS

Template by News | dunia malam