Subcribes

Minggu, 31 Januari 2010

Dira, Kamu Tega!

"Lulus........lulus..............lulus............!”
Suasana girang 11 tahun lalu saat Lucy baru lulus SMA. Semua siswa terlihat bahagia karena semua siswa dinyatakan lulus 100%. Bahagia dan tawa riang menyelimuti diri para siswa di sekolah Lucy.

“ Lucy, gimana? Lo lulus, kan?” tanya Dira, sahabat Lucy sejak kecil.
“Iya Dir. Gue lulus!” Lucy melompat-lompat kegirangan di tengah-tengah siswa lain yang turut berbahagia dengan kelulusan mereka.
Sejam setelah pengumuman.
“Hei, kok bengong aja?” kejut Dira, ketika melihat Lucy yang duduk sendiri di sebuah kursi taman di pinggir lapangan basket.
“Dira, lo tuh ya, bikin kaget aja!” Lucy agak sebel.
“Iye, maaf, maaf! Cy, lo mau kemana setelah ini?” tanya Dira yang mengikat tali sepatunya yang sempat terlepas saat mengejutkan Lucy.
“Gue nggak kemana-mana, kok! Gue tetap mau di Batam!” yakin Lucy dengan senyuman riang yang membuatnya makin terlihat cantik.
“Jadi tepatnya, lo masih di Indonesia?” tanya Dira.
“Ya! Tunggu dulu, kenapa lo nanya kayak gitu? Lo masih mau di Indonesia, kan?” Lucy memegang bahu kanan Dira dengan perasaan yang sedikit cemas.
“Sorry, Cy. Gue mau lanjutin studi ke Singapore kali ini,”langsung Dira.
Setelah Dira mengatakan hal itu, suasana di antara mereka tiba-tiba menjadi sepi. Dira mulai khawatir akan jawaban yang akan dikeluarkan Lucy, setelah mengetahui bahwa Dira akan pergi meninggalkan sahabatnya. Terlihat Lucy mulai menarik napas, sebagai pertanda bahwa dia akan segera bicara.
“Kok sorry, sih. Nggak papa kok. Kalau lo senang, gue kan juga ikut senang,” jelas Lucy dengan senyum manisnya lagi
“Lucy, gue mau, dimanapun kita berada, jangan sampai persahabatan kita terputus, ya?” Dira sambil menyodorkan jari kelingkingnya di depan Lucy.
“Gue pegang kata-kata lo!” balas Lucy sambil ikut menyilangkan jari kelingkingnya dengan jari Dira.
                                                ****
Sebelas tahun kemudian. Setelah pertemuan Lucy dan Dira di pinggiran lapangan basket dulu, sampai sekarang mereka belum bertatap muka sama sekali. Sekarang Lucy telah tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan pintar. Secara, profesi Lucy sekarang adalah seorang model di salah satu majalah yang cukup populer dan cukup diminati oleh semua kalangan. Sebelas tahun tak bertemu tak bertemu sahabatnya, membuat Lucy merasa kesepian. Untuk itulah Lucy tak sendirian lagi. Ia sekarang memiliki teman hati yaitu Mario, yang tak lain, fotografer Lucy sendiri. Dan yang sulit dipercaya, Lucy dan Mario akan melangsungkan pernikahan tiga minggu ke depan.
“Halo? Mario, bisa ketemuan entar, nggak? Antar gue dong, buat nyari gaun buat pernikahan kita nanti!” ujar Lucy melalui ponselnya.
“Sorry, yang. Kayaknya, gue nggak bisa. Soalnya jadwal motretku padat banget, nih! Sorry, yah?” balas Mario dengan suara yang terdengar ramah.
“Iya deh nggak papa!” Lucy dengan muka yang agak bete.
                                                ****
Dua minggu kemudian. Pernikahan Lucy sudah semakin dekat. Hari bersejarah Lucy akan ia rasakan satu minggu kemudian. Hati Lucy mulai berdebar-debar, karena mimpinya untuk punya teman hidup telah berada di ambang pintu. Sepertinya, kebahagiaan Lucy agak tertunda, karena terjadi sesuatu peristiwa aneh. Ponsel Mario udah dua hari terakhir tidak pernah aktif. Lucy terus menerus menelpon, dan terus melayangkan sms tapi balasannya tak kunjung datang. Kesabaran Lucy sudah mulai habis, jadi ia memutuskan pergi ke rumah Mario.
Di tengah perjalanan menuju rumah Mario, hati cemas dan gelisah Lucy akhirnya terjawab juga. Sebuah sms dari nomor asing hinggap di ponsel Lucy. Lucy tiba-tiba down saat membaca sms tersebut.
Lucy yang tercinta. Ini gue, Mario. Lucy, sorry banget gue nggak bisa bilang langsung ke kamu. Aku takut hatimu akan sakit mendengar perkataanku. Jadi gue putusin untuk mengatakannya lewat sms ini. Lucy, gue udah bosen sama kamu. Gue mutusin untuk membatalkan niatku untuk nikah sama kamu. Selamat tinggal. Semoga kamu mendapat laki-laki yang lebih baik dari gue. Salam sayang, MARIO.
Hati Lucy langsung hancur saat membaca sms itu. Ia tidak terima akan keputusan Mario yang tidak konsisten. Lucy sangat marah kepada Mario, sehingga rasa cintanya terhadap Mario dibuang dengan perasaan benci dan sakit hati.
“Dasar cowok banci! Beraninya bilang lewat sms. Pokoknya aku tidak akan pernah membuka pintu maafku buat dia!” kesal Lucy saat berada di atas sedannya. Ternyata seorang Lucy bukanlah perempuan biasa yang langsung gila saat di putuskan dengan cara seperti itu. Dia malah merasa dapat mengambil hikmah dari apa yang dia alami sekarang.
                                           ****
Sesampainya di rumah, Lucy dengan perasaan gundah. Merebahkan tubuhnya di kasur biru yang empuk. Walaupun dari luar Lucy kelihatan enjoy menghadapi cobaan ini, tapi sesungguhnya di dalam hati kecilnya, ia merasakan sakit dan kesal akan perbuatan Mario. Lucy yang tak henti-hentinya memikirkam hal itu, tak sengaja memandang potret dirinya dan sahabatnya Dira sewaktu masih duduk di bangku SMA. Dan sejak saat itulah, Lucy mempunyai misi baru.
“Dira, lo masih di Singapore, kan? Gue kangeeeen banget sama kamu,” kata Lucy sambil memegang foto tersebut. Entah ada angin apa, Lucy berniat untuk pergi menyusul Dira.
“Dira, aku akan menyusulmu di sana!” semangat Lucy sambil bergegas menyiapkan barang bawaanya.
Keesokan harinya di pelabuhan kota Batam. Dimana-mana terlihat kapal-kapal yang berjajar rapi di pinggir pelabuhan. Matahari senja yang indah ikut menambah keindahan pelabuhan. Hati Lucy yang kemarin hancur, sekarang telah terobati. Keadaan Lucy sekarang, terlihat seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi pada dirinya.
“Moooooo...........mooooo...........!” terdengar bunyi mesin kapal pertanda bahwa kapal yang ingin ditumpangi Lucy, akan berangkat. Pemberangkatan Lucy diantar dengan sunset yang menawan sehingga Lucy tidak beranjak sedikitpun dari pinggir kapal, tempatnya berdiri sekarang. Senyum bahagia terus menghiasi wajah Lucy, hingga tibalah waktu malam.
Dari kejauhan terlihat seorang pria berseragam nahkoda yang sedang mengamati Lucy terus-menerus. Pergerakannya terlihat mencurigakan. Sampai tibalah saat dimana si nahkoda datang menghampiri Lucy. Sulit dipercaya, pria itu langsung membungkam mulut Lucy dengan tangannya. Lucy yang tidak terima akan hal itu, langsung menggigit tangan lelaki itu dan berlari menuju kamarnya.
“Tolooooong......! brrruukk!” pingsan Lucy saat terkena pukulan balok oleh si nahkoda saat ia berlari. Terlihat lelaki kurang ajar itu menggendong Lucy dan membawanya menuju kamar kapten kapal.
Di kamar kapten,  Lucy dibaringkann di sofa merah dengan keadaan terikat.
“Jangan sentuh dia!” gertak sang kapten saat melihat nahkoda menyentuh pipi Lucy. Sedetik kemudian, Lucy terbangun dan meronta-ronta minta untuk dilepaskan. Kapten yang dari tadi menoleh ke belakang, saat membalikkan badan, Lucy kaget akan yang dilihatnya.
“Dira! Kamu kah itu?” ujar Lucy saat mengetahui bahwa sang kapten adalah Dira, sahabatnya.
“Lucy, sudah lama kita tak bertemu, kamu makin cantik saja. Bagaimana, kalau malam ini, kita lewatkan malam berdua. Di kamarku, cuma kau dan aku!” Dira yang berusaha menggoda Lucy.
“Dira, kenapa kamu ini? Lo bukan Dira yang gue kenal. Lo masih ingat dengan perkataanmu sendiri. Kalau kita itu akan sahabatan selam......”
“Aaaaah! Masa bodoh tentang itu. Kalau kamu sahabatku, kamu harus menuruti semua mauku!”
“TIDAK!” Lucy mulai marah
“Nahkoda, bius dia!” seru Dira
“Lepasi gue! Dira, kamu tega!” kata Lucy sesaat sebelum dia pingsan.
                                              ****
Sejam kemudian, Dira telah memuaskan kebutuhan batinnya. Dira sekarang seorang setan yang bejat dan kejam. Dira yang terlihat panik setelah melakukan perbuatan hina itu, tiba-tiba melakukan perbuatan nekat.
“Nahkoda!” panggil Dira.
“Ya, kapten!”
“Bantu aku buang gadis ini ke laut!” perintah Dira
“Tapi, kapten?”
“Aah, langsung saja!”
Lucy yang sedang dalam keadaan pingsan dan tak berdaya, langsung diceburkan ke dalam laut lepas yang dalam. Tanpa ada rasa kasihan sedikitpun, Dira langsung pergi meninggalkan tempat pembuangan itu. Impian Lucy untuk bertemu sahabatnya ternyata sirna. Maut yang terlanjur menghampirinya, membuat impian dan hidupnya berakhir secara tidak wajar.
Ternyata, persahabatan tidak semua berakhir dengan kebahagiaan. Persahabatan itu memang sesuatu yang indah, tapi persahabatan itu akan hancur, apabila sang sahabat tega menusuk kita dari belakang. Sebenarnya tanpa kita sadari, musuh yang paling berbahaya adalah orang terdekat kita. Apabila ia telah berhasil mengetahui kelemahan dan ketidakberdayaan kita, itulah kesempatan bagi mereka untuk menghancurkan diri kita.
Baca Artikel Lainya Di bawah ini :


Widget by dunia malam
Bookmark and Share

Comments :

0 komentar to “Dira, Kamu Tega!”

Posting Komentar

Followers

 

Copyright © 2009 by DUNIA MALAM NEWS

Template by News | dunia malam