Subcribes

Kamis, 11 Maret 2010

Sedang Mengintip Cabin Crew Yg seksy



Air Cabin Crew adalah istilah umum bagi flight attendants, air stewards/stewardesses atau air hosts/hostesses. Definisi tersebut biasa dipakai untuk menggambarkan pekerja profesional pada kabin sebuah maskapai penerbangan. Cukup banyak penggambaran yang terkesan melecehkan bidang pekerjaan ini – tidak saja oleh media dan dunia hiburan – tetapi juga oleh iklan atau advertensi perusahaan penerbangan bersangkutan. Profesi awak kabin yang sepintas terlihat penuh glamour ini sering diinterpretasikan dengan pandangan sebelah mata sebagai trolley dolly, glorified waitress, tarts with carts, coffee-tea-or-me atau flying mattresses. Padahal, keberadaan pramugari dan pramugara di sebuah penerbangan adalah krusial dan terutama untuk alasan keselamatan.

Awak kabin bukan sekedar pramusaji hidangan dan minuman selama penerbangan berlangsung. Awak kabin – bersama pilot – adalah penanggung jawab sepenuhnya sebuah penerbangan yang aman dan nyaman.

 


Ada banyak ketrampilan yang harus dikuasai oleh seorang awak kabin:
  • Proses dan kontrol evakuasi penumpang dalam keadaan darurat.
  • Prosedur keselamatan penumpang dalam pendaratan darurat di atas air.
  • Pengetahuan menggunakan oksigen cadangan sewaktu tekanan udara di atas kabin drastis menurun atau hilang.
  • Pengetahuan mengantisipasi kebakaran sewaktu penerbangan – misalnya oven di dapur pesawat atau penumpang yang menyalakan api untuk merokok di toilet.
  • Manajemen penumpang – tugas ini mulai dari hal-hal ‘sederhana’ seperti demonstrasi masker oksigen, pintu darurat, cek rutin sabuk pengaman atau rak dan bagasi penumpang sampai ke hal-hal yang tidak diinginkan seperti mencermati penumpang yang mabuk atau agresif.
  • Prosedur keamanan – setiap maskapai penerbangan mempunyai ketentuan standar tentang keamanan dan situasi dalam keadaan terdesak misalnya pembajakan.
  • Menyikapi keadaan ekstra lainnya – awak kabin dituntut dapat mengambil inisiatif, bersikap tenang dan tepat bertindak.
  • Pertolongan pertama pada kecelakaan – bisa dibayangkan dalam ketinggian 30.000 kaki di atas Samudra Atlantik tidak ada fasilitas dokter dan rumah sakit lengkap dengan peralatan medis yang menunjang.
  • Pelayanan penumpang – tiap penumpang mempunyai konsep berbeda terkait pelayanan. Seorang awak kabin harus mampu menjalankan dan mempertahankan kebijakan seputar akses dan fasilitas penumpang di kelas ekonomi, kelas bisnis maupun kelas satu. Privasi seorang diplomat yang duduk di kelas satu tidak boleh terganggu dengan kehadiran satu grup musik di kelas yang sama.
  • Public relations – awak kabin mempengaruhi loyalitas seorang penumpang terhadap sebuah maskapai penerbangan. Awak kabin dituntut untuk komunikatif dengan penumpang beragam etnis dan profil. Selain itu, awak kabin harus menghormati bermacam-macam latar belakang budaya.
  • Presentasi pribadi – walaupun penampilan seseorang sering disebut subyektif, tiap perusahaan penerbangan punya kriteria tersendiri untuk hal ini. Awak kabin adalah duta sebuah maskapai penerbangan. Mereka direkrut dengan spesifikasi tertentu – terutama faktor kesehatan – serta berat dan tinggi badan yang proporsional.
  • Teamwork – anggota kabin biasanya terdiri dari pilot, teknisi, dan awak kabin. Kemampuan untuk cepat beradaptasi dengan satu grup yang saling tak kenal mutlak diperlukan.
  • Kesediaan mengikuti pendidikan dan pelatihan reguler – seperti bidang pekerjaan lainnya di dunia kedokteran atau hukum, awak kabin wajib mengikuti pelatihan dan ujian ulang setiap tahun terutama hal-hal menyangkut prosedur keselamatan dan keamanan.
  • Kemampuan berhitung dan bahasa (asing) – awak kabin harus mampu membuat laporan administrasi selama penerbangan berlangsung seperti penjualan barang bebas pajak atau dokumen imigrasi dan bea cukai. Bahasa Inggris menjadi bahasa standar di dunia aviasi.
  • Manajemen umum – seorang awak kabin senior sebuah pesawat jumbo jet misalnya harus sanggup memimpin 14 cabin crew lainnya. Awak kabin senior harus mampu mengkoordinasi dan memonitor logistik dan pelayanan selama penerbangan berlangsung.



Profesi pramugari atau pramugara adalah pekerjaan menarik dan menantang serta dapat memberikan imbalan karir seimbang. Walaupun demikian, ada beberapa segi negatif bidang pekerjaan ini yang patut diketahui:
  1. Keterbatasan pilihan rute dan resiko penerbangan. Mungkin terdengar aneh, tetapi ini adalah realita. Seorang awak kabin tak dapat memilih ke mana atau berapa lama ia akan bepergian. Untuk penerbangan dengan rute singkat, ia harus kembali ke home base pada hari yang sama dan bahkan harus berkutat seharian di pesawat yang sama. Adanya anggapan bahwa waktu jeda dalam penerbangan lintas batas atau penerbangan jarak jauh dapat digunakan untuk bersantai dan mengunjungi obyek-obyek wisata terkenal di seluruh dunia – sama sekali tidak benar. Waktu ini betul-betul terpakai untuk istirahat total. Beberapa tujuan penerbangan sangat beresiko tinggi seperti daerah perang, kawasan dengan tingkat kriminalitas sangat tinggi atau tempat-tempat yang ‘tidak ramah wanita’. Situasi politik yang sedang memanas di suatu negara atau merebaknya wabah penyakit juga merupakan hal yang patut diperhitungkan. Imunisasi bukan jaminan tidak tertularnya suatu penyakit dan standar higienis di tiap negara tujuan sangat bervariasi.
  2. Penilaian negatif (langsung) dari konsumen. Pelayanan yang baik terhadap (calon) penumpang adalah azas yang harus dijunjung tinggi oleh seorang awak kabin. Ada mata rantai berkesinambungan antara awak kabin dengan penyedia jasa pelayanan penerbangan lainnya seperti perencanaan jadwal dan perawatan pesawat, catering, cleaning service dan unit logistik. Sayang, kekurangan di salah satu mata rantai tersebut seringkali tak dapat dihindari. Misalnya kebersihan toilet, hiburan di pesawat atau hidangan yang tidak sesuai dengan selera penumpang. Keluhan pertama dari penumpang akan dialamatkan langsung kepada awak kabin dan tidak jarang dengan kekerasan fisik. Keterlambatan pesawat atau dibatalkannya sebuah penerbangan karena cuaca atau faktor lainnya juga akan memancing reaksi agresif penumpang – baik secara verbal maupun fisik. Awak kabin harus mampu bersikap tegas terhadap penumpang yang mengkonsumsi alkohol secara eksesif atau membawa kelebihan barang melampaui batas yang dianjurkan.
  3. Gangguan teknis dan prosedur. Gangguan pelayanan penerbangan tidak saja mengecewakan penumpang, tapi juga awak kabin. Awak kabin pun manusia-manusia biasa yang karena penundaan atau dibatalkannya sebuah penerbangan harus kehilangan acara-acara penting, janji dengan keluarga, atau dimulainya waktu liburan mereka. Tidak bisa menikmati hari libur nasional atau acara penting keluarga lainnya adalah lumrah bagi seorang awak kabin. Menikmati perayaan Tahun Baru tiga kali berturut-turut di angkasa sudah menjadi hal biasa pula.
  4. Rasa kesepian. Ketidakteraturan jadual dan kerelaan harus sering terpisah dari keluarga dan teman terdekat, sedikit banyak mempengaruhi kehidupan seorang awak kabin. Barangkali terlihat mengada-ada. Bukankah awak kabin selalu dikelilingi penumpang dan kolega-kolega lainnya? Sebagai gambaran, coba bayangkan bangun tidur pukul 3 pagi di kota asing dihinggapi rasa lelah akibat jetlag tanpa kesadaran waktu dan tempat di mana kita berada. Ada rasa isolasi dan keterasingan yang mengelilingi seorang awak kabin. Awak kabin juga selalu bekerja dengan grup yang berbeda-beda. Kadang, masih ada benturan pendapat. Lingkungan pekerjaan juga selalu berbeda-beda, tergantung jenis pesawatnya.
  5. Rasa lelah. Capai dan kurangnya istirahat adalah masalah utama awak kabin. Ini timbul dari kombinasi antara kelelahan fisik dan lingkungan kerja konstan di udara. Dalam waktu jangka panjang efek kumulatifnya akan mulai terasa. Walaupun sudah ada pengaturan jadual bertugas secara berkala, hal ini masih sering disebut kendala utama profesi awak kabin.
  6. Lingkungan kerja. Atmosfir udara di kabin dan lingkungan kerja yang terbatas sering mengakibatkan dehidrasi, terutama dalam penerbangan jarak jauh. Penerbangan fully booked dengan penumpang juga kerap menimbulkan rasa claustrophobia. Kondisi cuaca mempengaruhi suasana kerja dan turbulensi dapat menjadi gangguan serius dan membahayakan.
  7. Resiko kesehatan dan kecelakaan. Awak kabin rentan terinfeksi penyakit menular dari seorang penumpang. Kecelakaan mudah terjadi akibat turbulensi seperti tertimpa obyek yang jatuh dari rak bagasi, luka bakar di dapur pesawat atau menghadapi penumpang agresif. Kemungkinan terjadinya musibah suatu penerbangan juga selalu ada.
  8. Terganggunya relasi dengan keluarga atau teman dekat. Seringkali, famili, teman atau partner masih sulit menerima profesi ini. Mereka melihat seorang awak kabin pergi ke Rio de Janeiro untuk bersenang-senang. Padahal, itu adalah tugas dinas seperti pekerjaan kantor lainnya. Pulang kelelahan bertugas, kadang rasa simpati keluarga masih kurang terhadap awak kabin. Mereka melihat awak kabin baru saja pergi berlibur. Hal ini terlihat sepele, tapi dapat terasa menyakitkan. Apalagi jika kurangnya rasa pengertian itu didapat dari orang terdekat.
  9. Pendapatan. Sudah menjadi rahasia umum, gaji seorang awak kabin tidak royal dan sebetulnya tak sebanding dengan apa yang mereka harus lakukan. Seorang awak kabin dengan pengalaman kerja yang cukup mapan harus memulai karir dari tingkat paling bawah dan harus puas dengan pendapatan minimum. Pemasukan ekstra didapat dari uang saku, pengeluaran tak terduga, komisi dan sebagainya. Sistem ini dapat merugikan jika seorang awak kabin tiba-tiba sakit, cedera atau cuti hamil.
Seorang awak kabin adalah duta langsung sebuah maskapai penerbangan. Seragam yang disandang menjadi kartu nama maskapai tempat ia bekerja. Dalam keadaan lelah pun – misalnya sewaktu menunggu bis atau tram menuju rumah – ia dituntut bersikap profesional selama memakai seragam.



Tapi, meskipun berat secara fisik, profesi awak kabin sangat dinamis dan menawarkan beragam keuntungan serta kesempatan:
  1. Travelling. Motif ini sering dipakai sebagai alasan pertama bagi banyak awak kabin untuk memilih profesi ini. Melihat dan mempelajari tentang budaya bangsa-bangsa lain memang menarik. Seorang awak kabin dapat pergi ke tujuan-tujuan wisata yang diimpikan banyak orang, walaupun seringkali dengan waktu amat terbatas dan istirahat yang cukup untuk tugas selanjutnya harus menjadi prioritas.
  2. Rasa setia kawan. Uniknya, jika seorang awak kabin berhenti bekerja – bukan alasan untuk bepergian yang mereka rindukan tetapi justru team spirit dan keakraban antar kolega. Meski terdiri dari beragam grup, biasanya mereka cukup terbuka dan saling menolong satu sama lain. Sebagai satu komunitas senasib dan sepenanggungan, awak kabin cenderung punya toleransi tinggi dan tak mempermasalahkan suku, ras, agama, maupun orientasi seksual seseorang.
  3. Variasi pekerjaan. Awak kabin bukan pekerjaan dengan jadual standar pukul 9 pagi hingga 5 sore. Bagi awak kabin, tidak ada satu hari kerja dengan aktivitas yang sama. Variasi pekerjaan dijamin dengan kombinasi tim, tujuan maupun jadwal penerbangan yang berbeda. Alternatif dan stimulans untuk bekerja boleh dibilang selalu ada. Awak kabin juga berkesempatan untuk kontak langsung dengan banyak orang penting, selebriti, atau atlet terkemuka – yang dalam kehidupan sehari-hari rasanya tidak mungkin untuk berkomunikasi begitu dekat dengan mereka.
  4. Apresiasi. Walaupun di kabin banyak hal yang tak diinginkan dapat terjadi, kepuasan batin satu tim penerbangan tidak dapat dihargai dengan uang. Seorang awak kabin – jika waktu tugasnya telah usai – dapat melihat langsung ‘produk’ pekerjaan mereka dan mengevaluasi apa yang harus diperbaiki. Ada good feeling tersendiri jika seorang penumpang dapat menghadiri rapat tepat waktu, melihat reuni sebuah keluarga, membawa pasangan yang sedang bulan madu, atau menemani seorang anak kecil yang harus bepergian sendirian.
  5. Jaminan medis dan akomodasi. Jumlahnya bervariasi, tapi biasanya maskapai penerbangan menyediakan dan membayar transportasi di darat dan akomodasi berstandar internasional selama awak kabin bertugas. Jaminan kesehatan juga diberikan secara periodik tidak saja selama masa bertugas.
  6. Pengembangan diri dan struktur karir. Struktur hierarki awak kabin cukup jelas. Ada tingkatan pemula atau junior, middle dan senior. Pengalaman kerja sebagai awak kabin sangat dihargai di sektor-sektor lainnya – terutama yang berhubungan dengan service dan hospitality. Awak kabin senior dapat beralih fungsi ke jenjang pelatihan maupun struktur organisasi di bidang manajemen lainnya, walaupun konkurensi juga sangat ketat dan tinggi.
  7. Seragam, potongan harga dan keuntungan lainnya. Awak kabin tidak perlu memikirkan dan menghabiskan uang untuk pakaian kerja. Seragam disediakan oleh pihak logistik maskapai penerbangan. Awak kabin dapat bepergian ke seluruh tujuan di dunia dengan potongan harga sangat ekstrem atau tiket gratis, meski harus menunggu kursi kosong yang masih tersedia. Keuntungan lainnya cukup variatif seperti parkir bebas bea di bandara, potongan harga untuk rumah makan, kelab-kelab dan bermacam aktivitas rekreatif serta diskon untuk jaringan hotel tertentu, perusahaan asuransi (kesehatan) dan institusi finansial terkait lainnya.

Baca Artikel Lainya Di bawah ini :


Widget by dunia malam
Bookmark and Share

Comments :

0 komentar to “Sedang Mengintip Cabin Crew Yg seksy”

Posting Komentar

Followers

 

Copyright © 2009 by DUNIA MALAM NEWS

Template by News | dunia malam