Subcribes

Jumat, 22 Januari 2010

Remaja Harus Dilibatkan Dalam Gerakan Stop AIDS

20 tahun sudah HIV/AIDS diperingati oleh pemerintah (setiap 1 Desember), organisasi internasional, dan masyarakat dunia. Peringatan itu dilaksanakan sejak diadakannya pertemuan menteri kesehatan sedunia mengenai program-program pencegahan AIDS pada 1988.

HIV/AIDS sampai saat ini masih merupakan penyakit yang sangat menakutkan karena belum ada obat yang bisa menyembuhkan secara total. Penyakit tersebut sedikit lebih istimewa jika dibandingkan dengan penyakit lain. Sebab, kecuali sulit disembuhkan, penyakit itu -ternyata- selalu diperingati secara meriah di seluruh dunia.
Peringatan ulang tahun HIV/AIDS menjadi istimewa karena para pejabat negara, mulai tingkat lurah hingga presiden, ikut merayakan dengan berbagai cara.
HIV/AIDS, Sekali Lagi 
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyerang sel tubuh manusia -menurunkan kekebalan pada tubuh manusia- dan mereplika dirinya sendiri dari sel tubuh manusia. HIV bisa ditularkan melalui kontak cairan darah atau tubuh penderita HIV dengan individu lainnya.
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome atau acquired immune deficiency syndrome) merupakan sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Orang yang terkena HIV akan menjadi rentan terhadap sembarang infeksi.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah dengan cairan tubuh yang mengandung HIV. Misalnya, darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularannya dapat terjadi melalui hubungan intim, transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Bagaimana keadaannya setelah genap dua puluh tahun dunia menyoroti bahaya HIV/AIDS? Ternyata, setiap tahun kita dibuat terperangah dengan semakin meningkatnya orang-orang dengan HIV/AIDS dan pecandu narkoba. Selain mengancam kehidupan para penjaja seks, penyakit tersebut mulai masuk ke kehidupan rumah tangga dan anak-anak.
Secara keseluruhan, di Indonesia, berdasar data Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM PL) Departemen Kesehatan, jumlah kasus AIDS sampai Juni 2008 mencapai 12.686 orang.
Siapa yang paling berisiko terkena HIV/AIDS? Berdasar data di lapangan, remaja adalah kelompok usia yang paling berisiko terhadap HIV/AIDS. Menurut data statistik laporan kasus AIDS di Indonesia sampai Juni 2008, 57 persen di antara total kasus AIDS adalah mereka yang berusia 15-30 tahun. Demikian dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat sekaligus Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Aburizal Bakrie di Jakarta pada 29 November lalu.
Mengapa mesti remaja? Salah satu penyebabnya, usia mereka yang masih transisi, bukan anak-anak, namun belum dapat disebut orang dewasa. Semua itu tidak lepas dari kejiwaan remaja yang memang mengalam fase ketidakstabilan emosional. Yakni, sifat agresivitas yang tinggi dan seringnya mengambil tindakan cepat tanpa mempertimbangkan secara matang.
Remaja merupakan sosok yang sedang?mengalami masa perubahan, baik fisik maupun nonfisik yang penuh gejolak dan kedinamisan. Perubahan nonfisik yang meliputi ketidakstabilan emosi, perkembangan jiwa, dan pembentukan karakter sering ditemui dari berbagai gejala perilakunya. Fase tersebut dikenal dengan proses pencarian jati diri dan pemahaman diri serta penjajakan peran dan kedudukannya dalam lingkungan.
Dalam proses mencari jati diri itu, remaja memerlukan lingkungan yang kondusif, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun sekolah, agar pencarian jati diri tersebut tidak "tersesat", seperti penyalahgunaan narkoba. Hal tersebut berbahaya karena penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu cara penularan HIV/AIDS yang utama selain perilaku seks bebas.
Perlu Pelibatan 
Berbagai langkah konkret dari semua pihak harus segera dilakukan. Pertama, libatkan remaja secara optimal untuk ikut memikirkan dan menjadi pemimpin dalam memberantas penyebab penularan HIV/AIDS. Hal ini perlu dilakukan. Sebab, selain merupakan kelompok yang berisiko tinggi, sebenarnya remaja memiliki energi yang berpotensi menghasilkan kecemerlangan berpikir dan menemukan ide serta inovasi baru yang penuh kedinamisan.
Kedua, pendidikan moral keagamaan perlu diberikan sejak anak masih kecil, sampai perguruan tinggi, bahkan hingga dewasa. Sebab, dengan hanya moral yang kuat, semua pihak, terutama para remaja, akan mampu mengendalikan nafsunya dan terhindar dari perbuatan tercela.
Ketiga, perlu ditinjau kembali kebijakan pemerintah tentang kondomisasi dan harm reduction (pemerintah memfasilitasi dengan pembagian kondom gratis bagi siapa saja, pengadaan ATM kondom, dan pemberian jarum suntik steril bagi pecandu narkoba).
Saya kira, kebijakan seperti itu kurang tepat karena hanya akan meningkatkan pelaku seks bebas dan pecandu narkoba, yang keduanya merupakan cara utama penularan HIV/AIDS. Free sex dan penyalahgunaan narkoba mutlak harus diberantas, tidak boleh difasilitasi dengan cara-cara tertentu.
Keempat, perlu penyuluhan dalam berbagai cara tentang bahaya narkoba dan HIV/AIDS terhadap seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Sebab, ada banyak fakta bahwa pecandu narkoba berawal dari ketidaktahuan mereka. (*)
* Dr Abdul Rahem Apt MKes ., alumnus Pascasarjana Unair, Ketua ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia) cabang Bangkalan
Baca Artikel Lainya Di bawah ini :


Widget by dunia malam
Bookmark and Share

Comments :

0 komentar to “Remaja Harus Dilibatkan Dalam Gerakan Stop AIDS”

Posting Komentar

Followers

 

Copyright © 2009 by DUNIA MALAM NEWS

Template by News | dunia malam